Friday, 5 September 2014

Jamu untuk Selfie

Oleh: Osgar Karsena

Sumber: Dok. Pribadi
Time is Money. Ada yang percaya bahwa usaha atau kerja keras akan ada saatnya “bertemu” dengan peluang yang tidak diduga-duga. Perkembangan jaman kini memang dipengaruhi teknologi, tapi dari tahun ke tahun ada saja fenomena yang terjadi dengan tidak terduga. Selfie, merupakan kegiatan yang saat ini sedang nge-trend­. Kegiatan ini berawal dari fenomena potret-memotret yang tidak terduga baik di Nusantara maupun mancanegara karena mudahnya mengambil gambar dengan teknologi masa kini. Di Indonesia sendiri selfie sangat tidak asing di hampir kalangan manapun. Bersama teman-temannya, mereka melakukan selfie dengan salah seorang yang memegang kamera yang menghadap pada posisi mereka, baik dengan tangan atau tongkat. Namun ada saja diantara mereka yang kurang “lepas” saat ingin mengabadikan momen mereka. Salah satunya karena bau badan.
Sumber: http://www.vemale.com
Bau badan seperti di ketiak bisa saja ditutupi dengan deodoran misalnya, tapi ada batasan-batasan penggunaannya. Campuran bahan kimia ini tidak tahan dalam waktu yang lama dan pemakaian yang terlalu sering dapat menyebabkan bahaya pada kulit. Oleh karena itu ada baiknya masyarakat mulai membuka wawasan mengenai tanaman-tanaman herbal yang dapat menghilangkan bau badan dari dalam tubuh itu sendiri. Telah dipercaya racikan seperti: sari kunyit, daun sirih, dan jeruk limau dapat menghilangkan bau badan setahap demi setahap. Selain jamu untuk menghilangkan bau badan, terdapat juga jamu untuk menyegarkan badan yang berasal dari tanaman beluntas dengan nama Latin, Pluchea indica (L.) Lees. Khasiat lainnya adalah antioksidan dan antibakteri. Meskipun rasa asli jamu adalah pahit, tapi jamu dengan campuran gula aren atau gula jawa tidak akan mengurangi khasiatnya.
Jamu dapat diolah sedemikian rupa, menjadi minuman yang praktis dikemas, tanpa mengandung bahan kimia dan dijual di tempat umum. Dengan demikian, jamu menjadi minuman kesehatan yang dapat dikonsumsi siapa saja terutama anak-anak muda. Bila konsumsi jamu sama rutinnya dengan selfie, tidak menutup kemungkinan bau badan akan hilang dan kegiatan berkumpul dengan teman-teman akan menjadi lebih menyenangkan. Bila di antara masyarakat dan penjual jamu saling menguntungkan, maka pepatah time is money juga tidak “patah”. Oleh karena itu mulailah minum jamu, karena hampir setiap racikan jamu memiliki khasiat yang berbeda-beda. Dengan demikian, kita juga ikut memperkaya budaya Indonesia.

Daftar Pustaka:

http://www.gadis.co.id/gaya/cantik/ramuan.alami.penghilang.bau.badan/001/001/352

Thursday, 4 September 2014

Modernisasi Jamu



Oleh : Osgar Karsena

Jamu merupakan obat tradisional yang dibuat dari bahan-bahan alami yang tersedia dalam berbagai bentuk (minuman, kapsul, pil, dll.). Yang dimaksud alami tidak hanya bagian-bagian tumbuhan seperti daun, akar, dan batang namun juga bagian tubuh hewan seperti empedu kambing dan telur ayam. Jamu dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu pusat penjualan jamu tradisional adalah Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Sangat disayangkan seiring perkembangan jaman, popularitas jamu pun menurun. Banyak orang lebih memilih obat-obatan modern daripada jamu tanpa memperhatikan apakah obat-obatan tersebut benar-benar alami atau tidak. Hal ini tentunya menimbulkan keprihatinan tersendiri. Mengajak masyarakat untuk kembali menggemari jamu merupakan sesuatu yang sulit. Salah satu faktornya adalah pandangan masyarakat (walau tidak semua) yang menganggap jamu itu sesuatu yang kuno atau ketinggalan jaman.

Namun orang tidak kehabisan akal. Untuk mengubah pandangan tersebut beberapa pabrikan seperti Air Mancur, Nyonya Meneer, dan Djamu Djago membuat jamu dalam kemasan sachet sehingga lebih terkesan modern. Jamu-jamu seperti ini biasanya harus dilarutkan dalam air panas terlebih dahulu. Selain itu ada juga tempat makan yang memasukkan jamu sebagai daftar minuman yang mereka sediakan seperti Café Jamu Bukti Mentjos di Jakarta dan Rumah Makan Voor de Tidar di Magelang.

Dengan adanya terobosan seperti yang penulis paparkan, semoga pandangan masyarakat mengenai jamu bisa berubah. Sebab jika minuman tradisional seperti teh dan susu saja bisa naik pamornya setelah dipromosikan secara modern kenapa jamu tidak?

Daftar Pustaka:

Sunday, 31 August 2014

Jamu untuk Indonesia Sehat

Oleh: Osgar Karsena
Berasal dari tanaman yang menjadikan jamu sebagai racikan yang pahit, tidaklah aneh. Bila mengerti mengapa racikan dari tanaman ini dapat menjadi obat atau minuman kesehata, tidak sedikit orang yang berubah pikiran. Tidak dapat dipungkiri, dari penelitian-penelitian yang ada jamu memang terbukti menjadi racikan obat yang menyehatkan organ-organ manusia. Oleh karena itu meminum jamu bukanlah tanpa alasan saat ini.

Racikan yang diberitakan telah ada sejak ratusan tahun yang lalu ini dipercaya rakyat kecil sebagai obat. Ketika raja-raja di Indonesia membiasakan minum jamu dan banyak bangsanya yang mengikuti “jejak” rajanya, maka jamu sudah dilestarikan menjadi warisan dunia. Racikan atau campuran antara tanaman satu dengan yang lain seperti: akar, daun, batang tanaman menjadi berkembang sesuai kekhususannya masing-masing. Misalnya jahe, yang menjadi andalan untuk menghilangkan rasa lelah. Dewasa ini jamu telah sering diteliti meskipun saat meracik bukanlah ilmuan. Ternyata jamu merupakan bahan herbal atau asli berasal dari tumbuh-tumbuhan tertentu yang memang tidak mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia. Seperti contohnya IPB (Institut Pertanian Bogor) yang telah menjadi salah satu pelopor meminum jamu. Dengan dibantu peralatan yang kian canggih, penelitian dengan lebih mudah menemukan tanaman-tanaman lainya dengan fungsi untuk menyehatkan tubuh manusia.

Men sana in corpora sano, ketika sel-sel di dalam tubuh manusia menjadi sehat maka fungsi organ yang lainnya menjadi sehat, sehingga manusia dapat berkativitas dengan fit. Begitulah kira-kira bagaimana jamu yang telah diseduh dan siap disantap yang dicerna oleh tubuh manusia. Kini telah banyak minuman “sehat” lain yang diproduksi lebih banyak dari jamu, pedahal merupakan campuran dengan bahan kimia lainnya dan pastinya dibuat manis. Terbiasanya masyarakat modern ini mengonsumsi minuman yang cepat saji dan rasa yang manis, membuat masyarakat sulit menerima tantangan tersendiri untuk meminum jamu. Namun demikian, tidak sedikit orang-orang yang mulai berubah pola pikirnya. Dengan bantuan teknologi berupa internet, informasi mengenai jamu dapat lebih mudah diakses. Orang-orang yang mengerti khasiat dari jamu ini mulai mencoba-coba meminum jamu, meskipun rasanya pahit. Tapi banyak penjual jamu juga yang menyediakan pemanis alami seperti gula pasir dan madu. Campuran pemanis alami tersebut tidak membuat khasiat pada jamu hilang, malahan menambah nilai gizinya.

Sumber: http://tuwowo.wordpress.com
/2010/04/10/jamu-paitan/

Pengalaman penulis saat masih kecil lebih dari 10 tahun yang lalu adalah merasakan tidak enaknya minum jamu karena rasanya pahit. Tapi dengan dukungan dari orangtua meskipun dicampur dengan pemanis, penulis tidak enggan lagi untuk mengonsumsi jamu, terutama jahe. Sebab jahe ini dapat membuat tubuh hangat dan menyehatkan badan. Jadi menjadi pelopor minum jamu tidaklah sulit, karena telah mengetahui sehatnya jamu, carilah penjualnya dan minumlah!

Daftar Pustaka: